Enterobius vermicularis

Posted by Ratna Tanjung on Friday, February 17, 2012
Definisi

Enterobius vermicularis
/ Oxyuris vermicularis atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama cacing kremi ini tergolong dalam takson Nemathelminthes, kelas Nematoda. Cacing ini merupakan parasit bagi tubuh manusia. Manusia merupakan hospes satu-satunya dari cacing ini. Artinya cacing ini hanya dapat berkembang biak di dalam tubuh manusia khususnya di dalam usus. Penyakit yang disebabkan oleh cacing kremi disebut enterobiasis atau oksiuriasis.


Infeksi cacing kremi lebih sering dialami oleh anak-anak, meskipun ada pula orang dewasa yang mengalaminya. Mengapa demikian? Simak penjelasan berikutnya. Namun, sebelum membahas hal tersebut, terlebih dahulu kita harus mengetahui morfologi dari Enterobius vermicularis itu sendiri. Berikut ringkasannya.

Morfologi

Dewasa
Cacing betina :
panjang 8 - 13 mm, ujung anterior terdapat pelebaran kutikulum menyerupai sayap, yang disebut "alae", ekornya panjang dan runcing.




Cacing jantan :
panjang 2 - 5 mm, memiliki alae di bagian anterior, ujung ekor melingkar.



Telur
Bentuk oval asimetris, dinding telur bening, telur menjadi matang kira-kira 6 jam setelah dikeluarkan.



Cacing betina yang gravid (hamil) mengandung 11.000 - 15.000 butir telur, dan akan bermigrasi ke daerah perianal (sekitar anus) untuk mengeluarkan telur-telurnya. Biasanya daerah sekitar anus akan terasa gatal. Mengapa? Gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan daerah sekitar anus terasa gatal.

Daur Hidup


  • Cacing dewasa jantan dan betina berkopulasi di usus besar.
  • Cacing dewasa jantan mati setelah berkopulasi.
  • Cacing dewasa betina akan bermigrasi ke daerah perianal untuk mengeluarkan telur-telurnya. Dan cacing betina mati setelah mengeluarkan telur (mati sahid).
  • Telur-telur tersebut akan menetas dalam beberapa jam.
  • Telur yang belum sempat menetas dapat keluar bersama tinja menuju lingkungan, dan dapat bertahan hidup hingga berbulan-bulan lamanya.
  • Telur yang matur tertelan oleh manusia, bisa melalui makanan, atau tangan sesudah menggaruk daerah perianal (auto-infection).

Cara Penginfeksian

1. Auto-infection

Proses infeksi dikarenakan telur cacing kremi yang matur tertelan oleh manusia melalui makanan (faktor kebersihan tangan dan makanan), atau tangan sesudah menggaruk daerah perianal yang terdapat telur Enterobius vermicularis, tanpa sengaja atau tidak, masuk kedalam mulut.

sumber

2. Retrofeksi

Proses infeksi ini terjadi tat kala larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke usus.

sumber

3. Melalui debu

Debu merupakan sumber infeksi kerena mudah diterbangkan oleh angin, sehingga telur Enterobius vermicularis melalui debu dapat tertelan.

Gejala Enterobiasis

  • Rasa gatal yang hebat di sekitar unus.
  • Anak menjadi rewel (karena rasa gatal dan tidur malamnya terganggu).
  • Kurang tidur (lagi-lagi disebabkan oleh rasa gatal.
  • Nafsu makan berkurang (anoreksia) dan berat badan menurun (pasa infeksi berat).
  • Rasa gatal atau iritasi vagina (terjadi pada anak oerempuan jika cacing dewasa masuk ke vagina.
  • Kulit di dekitar anus menjadi lecet / infeksi (akibat penggarukan).

Diagnosa Laboratorium

Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam kurun waktu 1 - 2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi bewarna putih dan tipis setipis rambut, dan mereka aktif bergerak.

Metode yang digunakan : Perianal swab.

Cara :

Konvensional

Telur atau pun cacing dewasa dapat ditemukan dengan cara menempelkan selotip bening di lipatan kulit sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun, atau yang terpenting si anak belum mandi atau buang air besar atau kecil. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada object glass, untuk kemudian diperiksa secara mikroskopis.

Scotch tape test

Modern

Menggunakan : Rapid stress tests for the pharyngeal and perianal areas


Ket : gambar atas = perianal swab negatif

gambar bawah = perianal swab positif

Sebaiknya pemeriksaan dilakukan 3 hari berturut-turut.

Pengobatan

Mebendazol, Albendazol, dan Pyranthel palmoate tidak memeatikan telurnya, sehingga setelah 2 minggu cacing yang menetas harus diobati. Obat pilihan kedua yaitu Piperazin. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut, karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang ke yang lainnya. Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus 2 - 3 kali / hari. Meslipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup di dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei, dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.

Pencegahan

  • Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar/kecil, sebelum makan, dan sesudah kontak dengan tanah.
  • Makanan dan minuman dimasak dengan benar dan matang.
  • Ganti seprei sekurang-kurangnya seminggu sekali untuk mencegah penularan telur cacing kremi.
  • Jagalah kebersihan makanan dan lingkungan.

Sebenarnya infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (selflimited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatan pun infeksi dapat berakhir.


Sumber tulisan:

dpd.cdc.gov

Jefferey, H.C., Leach, R.M. 1991. Atlas of Medical Helminthology and Protozoology Third Edition. London: Churchill Livingstone

Staf Pengaja Bagian Parasitologi, FKUI. 1992. Parasitologi Kedokteran Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKU

Stanford.edu.com

Zulkoni, Akhsin. 2010. Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika



Share

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Powered by Blogger.
 

Brain & Soul Energy Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare