Malaria dan Pemeriksaannya

Posted by Ratna Tanjung on Tuesday, March 06, 2012
Penyakit malaria memang sudah akrab di telinga manusia Indonesia, apalagi oleh mereka yang bermukim di derah timur Indonesia. Malaria berasal dari bahasa Italy yaitu mal: buruk, dan area: udara. Jadi secara harfiah malaria berarti penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang buruk. Malaria merupakan suatu infeksi dengan demam berkala, penyakit ini juga tergolong penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak, dan ibu melahirkan, serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja.

Penyebab

Tahukah kamu penyebab dari malaria? Jawabnya adalah Plasmodium sp. Penyakit malaria sendiri ada bermacam-macam jenis, yang tentunya pula disebabkan oleh spesies Plasmodium yang berbeda pula. Malaria ovele/malaria tertiana disebabkan oleh Plasmodium ovele, malaria vivax/malaria tertiana benigna disebabkan oleh Plasmodium vivax, malaria falciparum/malaria tertiana maligna penyebabnya adalah Plasmodium falciparum, dan malaria malariae yang dikarenakan infeksi Plasmodium malariae.
Vektor

Vektor/hewan perantara penularan Plasmodium sp. pada manusia adalah nyamuk. Beberapa diantaranya adalah Anopheles betina, Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles farauti, Anopheles maculatus, Anopheles barbirostris (banyak terdapat di pohon salak), Anopheles subpictus, dan Anopheles nigerrimus.

Distribusi Geografik

Penyebaran penyakit malaria berada di daerah subtropis dan tropis (Indonesia sangat berpotensi), bahkan kasus malaria di Indonesia masih sering dinobatkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), terutama di daerah yang terjadi perubahan lingkungan, misal tambak udang atau ikan yang tak terpelihara, penebangan pohon bakau sebagai bahan bakar dan arang, serta banyaknya muara sungai yang tersumbat yang akan menjadi tempat perindukan nyamuk penyebab malaria.
Malaria falciparum dan vivax ditemukan hampir di semua daetah di Indonesia. Malaria ovale di Pulau Owi, Flores, Timor-Timor; dan malaria malariae di Indonesia timur.

Cara Infeksi
  1. Tusukan vektor.
  2. Transfusi darah.
  3. Penggunaan jarum suntik bekas yang terkontaminasi Plasmodium.
  4. Infeksi import (dibawa oleh orang yang telah lama tinggal di daerah endemik malaria).
  5. Konginetal (penularan dari ibu hamil kepada janinnya melalui plasenta).

Gejala-Gejala Klinik

Terdapat masa inkubasi yang berbeda-beda sebelum timbul gejala demam sejak masuknya sporozoid ke dalam tubuh manusia. Pada P.vivax dan P.ovale masa inkubasi 10 - 17 hari; P.falciparum 8 - 12 hari; dan P.malariae masa inkubasinya 21 - 40 hari.

Gajala klinik khas malaria yaitu:

  • demam intermiten : terdiri atas 3 stadium demam, yaitu rasa menggigil/kedinginan (fase frigoris) yang berlangsung 20 menit - 1 jam, kemudian diikuti dengan fase panas badan/puncak demam (fase acme) yang berlangsung antara 2 - 6 jam, dan fase ketiga adalah terjadinya keringat yang banyak pada penderita (fase sudoris) yang berlangsung 2 - 3 jam.
  • Anemia.
  • Pembesaan limpa.
Pemeriksaan Laboratorium

Untuk mengetahui morfologi/bentuk dari Plasmodium penyebab malaria, haruslah dilakukan pengecatan terhadap darah tersangka melaria.
Ada 2 macam pembuatan sediaan laboratorium untuk pemeriksaan Plasmodium.

1. Sediaan darah apus/darah tipis
Cara:
  • Setetes darah kapiler pasien (diambil dari ujung jari) diteteskan di ujung object glass kering, kemudian dibuat apusan darah.
  • Tunggu hingga kering angin.
  • Kemudian di cat menggunakan pangecatan Giemsa pH 6,9 - 7,2.
  • Diamati di bawah mikroskop perbesaran 1000x

LinkVisualisasi pembuatan darah apus (sumber)

Ciri-ciri

  • Eritrosit masih ada
  • Bentuk Plasmodium utuh/baik
  • Jumlah Plasmodium sedikit

2. Sediaan darah tebal

Cara:

  • Darah kapiler pasien di teteskan di tengah object glass kering.
  • Tetesan darah tersebut kemudian diratakan kurang lebih diameter 1 cm.
  • Kering anginkan.
  • Setelah dipastikan kering angin, preparat di masukkan kedalam beker glass yang berisi air (posisi seperti prosotan, agar eritrosit terlunturkan).
  • Setelah eritrosit hilang, lanjutkan dengan pengecatan Giemsa.
  • Dilanjutkan dengan pengamatan di bawah mikroskop menggunakan perbesaran 1000x.

Ciri-ciri:

  • Eritrosit tidak ada
  • Bentuk parasit rusak
  • Jumlah parasit banyak


Sebelum dicat giemsa, atas: darah tebal, bawah: darah tipis (sumber gambar di sini)

Sumber :

Staf Pengaja Bagian Parasitologi, FKUI. 1992. Parasitologi Kedokteran Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKU

Zulkoni, Akhsin. 2010. Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika

Soedarto. 1990. Protozoologi Kedokteran. Jakarta: Widya Medika


Ketahui juga tentang:

Plasmodium falciparum

Plasmodium vivax

Plasmodium ovale

Plasmodium malariae
Share

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Powered by Blogger.
 

Brain & Soul Energy Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare