Ini adalah cerita ke dua yang aku tulis untuk proyek fabel di http://bintangberkisah.wordpress.com. Semoga dapat menghibur dan bermanfaat. Enjoy reading :)
Aku adalah seekor anjing yang tinggal bersama tuanku dan dua ekor kucing peliharaannya, tapi bila aku bilang lebih tepatnya hanya seekor kucing. Aku dan Kitty telah hidup bersama di rumah ini sejak tuan kami kecil. Awalnya aku adalah teman satu-satunya Kitty untuk bermain. Namun semenjak kucing hitam liar itu datang tiba-tiba ke rumah, Kitty direbutnya dariku. Waktuku bermain bersama Kitty dirampasnya. Aku tak lagi punya teman. Aldo, pemilikku, kini semakin sibuk dengan pekerjaanya. Aku hanya sesekali saja dibelainya. Aku rindu berlarian dengannya di taman. Aku pun juga merindukan berebut susu dengan Kitty, berebut belaian dari Aldo, bahkan aku merindukan kenakalan Kitty yang sering menjilati tubuhku. Dan kini aku kehilangan semua itu.
***
Di sudut ruang tamu ini aku termenung. Duduk sambil setengah tidur di atas karpet menunggu Aldo pulang kerja. Di sudut yang lain, terlihat kucing hitam itu sedang tersenyum-senyum bersama Kitty. Mereka terlihat sangat bahagia. Dan terlihat pula Kitty sangat nyaman berada di peluknya. Lagi-lagi perasaan iri menggelayuti hatiku. Semakin lama aku melihat mereka, tak kusadari air mata hampir memaksa untuk keluar dari mata ini. Dulu, aku juga pernah merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Kitty dan kucing hitam itu. Sebelum bencana melanda kota ini, dulunya aku hidup bahagia sebagai anjing liar. Meskipun hanya seekor anjing liar, yang terlihat jauh dari kata terurus, aku merasa sangat bahagia. Karena aku punya Hudson dan bayi kecil kita, Puppy. Namun, semua itu tinggallah kenangan. Banjir bandang telah menghanyutkan Hudson suamiku. Dan Puppy anakku, meniggal beberapa hari setelah itu. Semenjak kejadian itu, aku terkatung-katung di jalan. Tak punya arah dan tujuan. Bahkan beberapa kali pula aku mencoba untuk menyusul anak dan suamiku ke surga. Terakhir kali aku terjun ke sungai dengan arus yang cukup deras. Aku sempat tak sadarkan diri. Namun, ketika ku membuka mata, ada sesosok anak laki-laki kecil tertidur di sampingku. Dan ia adalah Aldo. Aldo kecil terlihat sangat mengkhawatirkan kondisiku waktu itu. Sampai-sampai dokter hewan didatangkan ke rumah untuk memulihkan kondisiku. Aku merasa sangat bodoh waktu itu. AKu sadar bahwa Hudson dan Puppy tak akan suka dengan tindakan konyolku itu. Dan Aldo memberiku cahaya kehidupan baru. Ia yang menggembalikan senyumku. Ia yang mengembalikan harapanku untuk tetap menyapa matahari pagi. Selain Aldo, ada pula Kitty yang membantu kesembuhanku. Ia adalah kucing yang periang. Aku sayang padanya.
***
Lamunanku akan masa lalu terbuyarkan oleh suara pintu yang terbuka. Segera aku mengetahui bahwa itu adalah Aldo. Aldo menyambut kedatanganku dengan senyum khasnya. Ia menciumku dan membelai-belai rambutku. Tak lama setelah itu, ia berlalu menuju kamar tidurnya. Ia mengajakku, tapi aku lebih ingin tidur di ruang tamu, sembari melihat kebahagiaan Kitty, berharap suatu saat nanti aku bisa sepertinya. Terlihat olehku, Kitty tertidur pulas di pelukan kucing hitam itu. Mataku pun mulai berat, dan akhirnya aku pun mulai tertidur.
***
"Kessy, sebentar lagi kamu akan punya keponakan", kata Aldo kepadaku dengan penuh kebahagiaan. Namun aku tak mengerti akan maksudnya. Seakan memahami ketidak mengertianku, Aldo memperjelas maksudnya. "Kitty hamil, dan dia akan segera melahirkan", nampak senyum lebar mengembang dari bibir Aldo. Namun, aku masih seakan tak percaya bahwa Kitty akan segera mempunyai anak. Beberapa menit mencerna informasi dari Aldo, aku pun kegirangan. Rumah ini akan semakin ramai dengan kehadiran seekor anak kucing, dan mereka adalah anak Kitty, sahabatku.
***
Setelah sembilan minggu berlalu, akhirnya Kitty melahirkan bayi-bayi kucing mungil. Tubuh mereka terwarnai oleh kombinasi warna hitam dari sang ayah, putih coklat dari sang ibu. Aku terharu melihat tiga kucing kecil itu. Melihat mereka sama halnya aku melihat Puppy. Bagiku, mereka adalah malaikat kecil penerang kehidupan.
***
Beberapa jam paska melahirkan, aku sadari bahwa Kitty tak bergerak sedikitpun. Aku panik. Saat itu Aldo tak di rumah. Hanya aku dan kucing hitam suami Kitty yang menemaninya melahirkan. Kucing hitam itu terus menggoyang-goyangkan tubuh Kitty. Berharap sesosok yang dicintainya membuka mata untuk melihat anak-anak mereka yang baru saja terlahir ke dunia. Aku ketakutan. Kucing hitam itu pun terlihat pasrah kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Kitty. Ia mengeong lemah, namun penuh harap.
***
Melihat tak ada perubahan, aku berlari sekencang-kencangnya ke luar rumah menuju kantor Aldo. Dan aku pun berhasil membawa Aldo pulang. Sesampainya di rumah, terdengar kucing hitam itu mengeong seakan menangis. Terlihat pula anak-anak Kitty juga seakan menyadari kepergian ibu mereka. "Kitty, ayo bangun, Kitty...sdarlah!". Aldo berusaha untuk menyadarkan Kitty. Namun percuma, Kitty telah tiada. Kucing hitam itu pun mulai mendekatiku setelah Aldo mengangkat badan Kitty. "Kessy, aku titip anak-anakku. Jagalah mereka baik-baik. Aku percaya padamu. Aku bisa mati bila terus hidup di sini tanpa Kitty. Meskipun aku punya anak-anak, tapi aku tak akan sanggup merawat mereka tanpa sosok Kitty. Maafkan aku Kessy. Maafkan aku tak memberimu kesempatan untuk bermain lebih lama bersama Kitty. Karena diriku, kau selalu murung tiap hari. Maafkan aku Kessy," mata kucing hitam itu berkaca-kaca ketika mengucapkan kata-kata perpisahan itu. Dan sebelum ia pergi meninggalkan rumah ini, dengan penuh sayang ia mencium anak-anaknya satu persatu. Dan air mata tak terbendungkan lagi dari mata ayah anak-anak Kitty. Tak berbeda dengan diriku. Bagiku perpisahan sangatlah menyakitkan. Namun aku yakin, matahari akan datang setelah badai usai. Begitu pula dengan perpisahan. Di balik perpisahan telah menunggu perjumpaan-perjumpaan yang indah. Kitty, aku akan menjaga dan merawat anak-anakmu dengan baik. Aku akan menyayangi mereka sepenuh hati. Karena mereka adalah malaikat-malaikat kecilmu. Di dalam diri mereka mengalir darahmu, jantung mereka mendetakkan namamu, dan nafas mereka adalah nafasku. Selamat tinggal sahabatku. Kau akan selalu tetap di hati.
***
0 comments:
Post a Comment