“Tolong aku…tolooonggg….”
Terdengar oleh tikus teriakan meminta tolong. Si tikus terdiam sejenak untuk
mencermati dari mana suara tersebut berasal. “Tolong…tolong aku…tolong…” Suara
tersebut terdengar lagi. “Ah, suaranya dari seberang sana”, kata si tikus yang
saat itu sedang dalam perjalanan pulang dari acara arisan keluarga tikus.
Kemudian dengan cepat ia berlari menyusuri gang sempit yang gelap dan kotor.
Setiap kali si tikus melangkahkan kaki, teriakan meminta tolong itu semakin
jelas terdengar. Hingga akhirnya, terlihat oleh si tikus, sesosok anjing hitam
yang terbelit tali-tali bekas, ia tak berdaya. “Tikus, tolong aku, tolong bebaskan aku dari tali-tali yang
melilit tubuhku ini” pinta anjing dengan penuh iba. “Aku akan menolongmu,
asalkan setelah kau bebas, kau tak akan menggigitku.” Pinta sang tikus yang
memastikan bahwa anjing tidak akan menyakitinya. “Baiklah, aku janji tidak akan
menyakitimu”. Setelah mendapatkan jawaban dari si anjing, segera tikus pun
menggerogoti tali-tali yang melilit tubuh anjing. Beberapa saat kemudian,
anjing pun bebas.
“Terimakasih tikus, terimakasih banyak karena engkau telah mau
menolongku”.
“Sama-sama, tadi aku kebetulan saja lewat di sekitar sini. Kau tidak
terluka kan?”
“Hanya lecet-lecet, tapi aku merasa lebih baik”.
“Aku Guguk, aku tinggal di sekitar kompleks ini. Aku ini anjing liar
yang tak tau siapa aku sebenarnya. Aku dan keluargaku terpisah ketika terjadi
perang lima tahun silam. Aku tak tau mereka di mana. Dan sekarang aku
sendirian. Aku tak punya siapa-siapa”.
“Aku Cicit, aku tinggal agak jauh dari sini. Hari ini aku punya saudara
baru, yaitu kau Guguk. Sejatinya kau tak pernah sendirian. Kau punya
keberanian, kau punya kekuatan yang hebat yang akan selalu menemanimu.
Percayalah!” Hibur Cicit kepada Guguk yang terlihat begitu sedih mengenang
keluarganya yang entah di mana.
“Cicit, apakah kau mau menjadi teman dari seekor anjing yang lemah
seperti aku ini?”
“Jelas aku mau menjadi teman dari anjing sehebat engkau. Ingat teman,
kau itu anjing hebat. Ingat ya, ANJING HEBAT!” Seru Cicit penuh motivasi.
“Kau benar, aku anjing hebat! Terima kasih Cicit. Aku akan selalu
mengingat pesanmu”.
“Hebat! Guguk, aku harus pulang sekarang, ibuku pasti mencariku. Sampai
bertemu di lain waktu”.
“Baik Cicit, hati-hati di jalan ya, sampaikan salamku untuk ibumu. Dah
Cicit”
Mereka
berdua pun berpisah sembari diiringi lambaian tangan.
***
“Tolong….tolong….jangan makan aku! Tolooonggg….” Seekor kucing gemuk
siap menerkam tikus kecil di depannya.
“Kucing, tolong jangan makan aku….tolong lepaskan aku…aku mohon
lepaskan…”isak si tikus.
“Aku tidak akan menyia-nyiakan makanan lezat sepertimu tikus.
Hahahaha….”
Dengan
mata terpejam ketakutan, si tikus berdoa. Ia sangat berharap akan ada keajaiban
yang akan membawanya terlepas dari si kucing. Ia tidak ingin kesempatannya
untuk bertemu dengan teman lamanya, Guguk, hilang untuk selama-lamanya.
“Hei kucing gemuk!”
Terdengar
teriakan memanggil dari arah belakang si kucing.
“Tikus itu bukan lawanmu. Lawanmu
adalah aku! Apa kau tak malu dengan badanmu yang besar? Apa kata dunia bila
mengetahui kucing sepertimu hanya dapat menakhlukkan seekor tikus kecil?”
“Siapa kau? Berani-beraninya berkata
seperti itu kepadaku!”
Ketika
si kucing menoleh, secepat kilat si tikus melarikan diri dan bersembunyi.
“Terimakasih Tuhan, Engkau telah menyelamatkanku. Tapi bagaimana dengan
anjing itu? Pasti si kucing akan sangat marah kepadanya. Semoga anjing itu
baik-baik saja”. Cemas Cicit membayangkan nasib si anjing yang telah
membebaskannya dari kepungan si kucing.
Ketika
si kucing mulai mendekat, perlah-lahan si anjing melangkahkan kakinya ke
belakang, kemudian lari secepat kilat.
Tentu
saja si kucing tak lantas berdiam diri. Dikejarnya si anjing dengan nafas
tersengal-sengal.
“Ayo
kejar aku kalau kau bisa kucing!”
Ketika
si anjing menoleh ke arah si kucing yang berada jauh di belakangnya, tiba-tiba,
tin…tiiiinn…prrraaakkk!!!
Sebuah mobil menghantam tubuh anjing hitam tersebut. Ia terluka, tergolek lemah di tengah jalan yang sebenarnya sepi. Dan mobil itu pun berlalu begitu saja seolah tak bersalah. Anjing itu merintih kesakitan. Tak ada daya untuk berdiri.
Sebuah mobil menghantam tubuh anjing hitam tersebut. Ia terluka, tergolek lemah di tengah jalan yang sebenarnya sepi. Dan mobil itu pun berlalu begitu saja seolah tak bersalah. Anjing itu merintih kesakitan. Tak ada daya untuk berdiri.
Langkah
kecil mendekati tubuh anjing yang lunglai.
“Guguk…Kau Guguk temanku yang hebat
itu?”
“Cicit…”
“Guguk, bertahanlah! Bertahanlah
demi semua orang yang menyayangimu. Kau pasti bisa Guguk!”
“Tolong…tolong… Siapa saja tolong
bantu kami…!”
Terdengar
teriakan meminta tolong dari seekor kucing. Dan dia adalah kucing yang tadi
hampir memangsa tikus. Ia menarik tangan segerombolan kucing liar lainnya.
“Teman-teman, tolong bantu kami.
Tolong selamatkan nyawa temanku. Meskipun dia seekor anjing yang sangat dibenci
oleh kucing, tapi kita harus menyamatkan nyawanya. Ayo!”
“Tanpa berpikir panjang lebar dan tanpa
memikirkan bahwa itu adalah seekor anjing yang menjadi musuh bebuyutan,
sekawanan kucing itu bahu membahu menggendong tubuh anjing yang terkulai lemas,
menggendongnya menuju rumah salah satu dari sekawanan kucing itu.
“Kucing,
terimakasih kalian telah menolong Guguk”.
“Seharusnya
kamilah yang harus berterimakasih kepada kalian. Kalian telah mengajari kami
tentang arti persahabatan dan rasa saling tolong menolong tanpa melihat siapa
yang membutuhkan pertolongan”.
“Untuk
sementara waktu biarlah Guguk beristirahat di sini. Kebetulan ayahku seorang
dokter. Pasti kondisi Guguk akan lebih baik” Saran dari salah seekor kucing.
“Tikus,
maafkan aku. Guguk, maafkan aku. Karena aku kamu ketakutan, karena aku Guguk
terluka. Maakan aku.” Koko, tertunduk. Terlihat raut penyesalan di wajahnya.
“Koko,
aku memaafkanmu, dan aku memaklumi tindakanmu tadi. Kau ingin memangsaku karena
kamu lapar dan membutuhkan makan kan?”
“Iya
sih…Tapi meskipun aku lapar, tak seharusnya aku memangsa hewan lain yang juga
mempunyai hak untuk hidup. Terimakasih cicit, kau telah memaafkan aku.” Koko
tersenyum lega. Namun, ketika ia menoleh ke arah Guguk, raut penyesalan kembali
terlukis di wajah Koko.
“Guguk,
aku minta maaf karena hampir mencelakai temanmu dan membuat dirimu terluka. Aku
sangat menyesal. Aku mohon maafkan aku. Aku tak bisa hidup dalam rasa bersalah
seperti ini.” Koko menatap Guguk nanar. Dari ujung matanya menetes air mata.
“Koko,
aku tak pernah menyalahkanmu atas kejadian ini. Tanpa kau meminta pun aku telah
memaafkanmu. Aku sangat ingin menjadi sahabatmu. Maukah kau menjadi sahabatku,
Koko?” terkembang senyum dari bibir Guguk. Ia pun mengulurkan tangan menanti
sambutan atas ajakan pertemanannya kepada Koko.
“Dengan
senang hati Guguk! Aku bangga mempunyai teman-teman seperti kalian. Guguk, kau
anjing yang pemberani. Cicit, kau adalah sahabat kecil berhati malaikat. Dan
kalian teman-teman kucingku, kalian adalah sahabat yang setia. Aku sayang
kalian semua. Tuhan, terimakasih karena Engkau telah memberikanku
sahabat-sahabat yang super.”
Senyuman
menghiasi bibir mereka berdelapan. Ada pula air mata. Namun, ini bukanlah air
mata kesakitan, tapi ini adalah air mata cinta dari seorang sahabat untuk
sahabatnya.
***
3 comments:
Kisah persahabatan yg dikemas secara apik banget. Cocok untuk cerita edukatif kepada anak2 kita.
Anodizing Titanium - Tantric Design - TheTianiumArts
With anodizing titaum titanium core, trex titanium headphones your balance titanium earrings of strength and strength titanium men\'s wedding band improves! titanium legs In Tantric Design, the weight of your body decreases, the intensity of your
ou580 maui jim titanium rimless sunglasses,aerosoles sandals,garnitury armani warszawa,marc jacobs عطر,tenis armani colombia,goodruae,goodr brasil,ara tenisky,aku boots tactical np844
Post a Comment