Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, merupakan salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam mukadimah Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai bangsa yang besar, sudah barang tentu wajib untuk tetap konsisten da konsekuen terhadap apa yang telah dijanjikannya. Dalam hal melaksanakan dan menciptakan ketertiban dunia, Indonesia telah bersungguh-sungguh dalam mengemban amanat tersebut. Hal ini nampak pada upaya-upaya yang telah dilakukan bangsa Indonesia guna menciptakan dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Di tahun 1955 bertempat di Bandung, Indonesia, beberapa Kepala Negara Asia dan Afrika, diantaranya Soekarno, dan Mahatma Gandhi, bertemu untuk membahas masalah perang dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang berdampak buruk bagi seluruh negara di dunia, untuk mencari solusi yag terbaik. Pertemuan ini disebutkan pula sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering disebut sebagai Konferensi Bandung. Konferensi inilah yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non-Blok. Dalam konferensi tersebut, dihasilkan lima prinsip yang memupuk perdamaian antar negara di dunia. Kelima prinsip tersebut adala:
1.Saling menghormati kedaulatan teritorial
2.Tidak saling melakukan agresi
3.Tidak saling mencampuri urusa dalam negeri
4.Saling menguntungkan, serta
5.Hidup berdampingan dengan damai.
Dalam keikut sertaanya Indonesia dalam Gerakan Non-Blok ini, menunjukkan bahwa Indonesia telah turut ambil andil dalam menciptakan perdamaian di dunia.
Tidak hanya itu, wujud kepedulian bangsa Indonesia akan terciptanya perdamaian dunia juga nampak pada peran bangsa Indomesia, dalam menyelesaian konflik yang terjadi antara Kamboja dan Vietnam. Dalam hal ini, Indonesia berperan sebagai mediator, guna mencari titik terang penyelesaian konflik perbatasan antar kedua negara tetangga ini. Ketika itu Indonesia berhasil memfasiltasi dan memediasi kedua negara yang sedang bermusuhan tersebut untuk bisa duduk bersama-sama mendiskusikan dan menyelesaikan konflik diantara mereka. Hasilnya, Vietnam menarik pasukannya dari Kamboja dan situasi damai di Kamboja tercipta. Dengan menjadinya Indonesia sebagai mediator dalam konflik yang terjadi antara Kamboja dan Vietnam ini, membuktikan kekonsistensian Indonesia dalam mewujudkan ketertiban dunia.
Tak hanya menjadi mediator dalam berbagai konflik yang sifatnya internasional, namun juga ketika Indonesia dilanda konflik interen, seperti konflik dengan Negara tetangga, Malaysia, yang baru-baru ini sering terjadi, bangsa Indonesia tetap memilih penyelesaian masalah secara damai. Dalam hal ini Indonesia lebih memilih melakukan diplomasi dengan negri Jiran tersebut. Dipilihnya jalan diplomasi ini, lantas bukan tanpa alasan. Sebab hubungan Indonesia dan Malaysia memiliki cakupan yang luas dan semuanya berkaitan kepentingan nasional. Berikut beberapa alasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengapa bangsa Indonesia lebih memilih jalur diplomasi dalam menyelesaikan konlik Indonesia-Malaysia, yang menunjukkan pentignya hubungan antar kedua negara.
Pertama, Indonesia dan Malaysia mempunyai hubungan sejarah, budaya, dan kekerabatan yang sangat erat dan mungkin yang paling erat dibanding negara-negara lain. "Kita mempunyai tanggung jawab sejarah, untuk memelihara dan melanjutkan tali persaudaraan ini," katanya dalam pidato menanggapi hubungan Indonesia dan Malaysia di Mabes TNI, Cilangkap, Rabu malam (1/9).
Kedua, hubungan Indonesia dan Malaysia adalah pilar penting dalam keluarga besar ASEAN. ASEAN bisa tumbuh pesat selama empat dekade terakhir ini antara lain karena kokohnya pondasi hubungan bilateral Indonesia - Malaysia.
Ketiga, ada sekitar 2 juta tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia baik di perusahaan, di pertanian, dan di berbagai lapangan pekerjaan. Ini adalah jumlah tenaga kerja Indonesia yang terbesar di luar negeri. "Tentu saja keberadaan tenaga kerja Indonesia di Malaysia membawa keuntungan bersama, baik bagi Indonesia maupun Malaysia," imbuh SBY
Keempat, sekitar 13.000 pelajar dan mahasiswa Indonesia belajar di Malaysia, dan 6.000 mahasiswa Malaysia belajar di Indonesia. Ini merupakan asset bangsa yang harus terus kita bina bersama, dan juga modal kemitraan di masa depan.
Kelima, Wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Indonesia adalah ketiga terbesar dengan jumlah 1,18 juta orang, dari total 6,3 juta wisatawan mancanegara.
Keenam, Investasi Malaysia di Indonesia 5 tahun terakhir (2005-2009) telah mencakup 285 proyek investasi dan bernilai US$ 1,2 miliar, sementara investasi Indonesia di Malaysia berjumlah US$ 534 juta. Jumlah perdagangan kedua negara telah mencapai US$ 11,4 Miliar pada tahun 2009. "Hal ini menunjukkan bahwa hubungan ekonomi Indonesia – Malaysia sungguh kuat," tegas SBY.
Mungkin untuk sebagian golongan, penyelesaian masalah secara diplomasi dianggap sebagai jalan pengecut. Namun, perlu dipertimbangakan lagi akan manfaat yang akan didapatkan jika menempuh jalur diplomasi. Kerugian yang akan dituai pun tak akan sebanyak jika kita menempu jalur militer, yang secara nyata akan banyak menimbulkan korban jiwa dan benda. Penyelesaian masalah secara militer pun, tak hanya menimbulkan korban di antara ke dua negara yang sedang bertikai saja, namun juga efek negatif akan dirasakan oleh masyarakat dunia, seperti halnya perang Dunia, baik perang Dunia I ataupun II, perang dingin, ataupun perang-perang yang lain. Hal ini jelas akan sangat mengganggu kehidupan bangsa yang turut andil dalam pertikaian, dan juga bangsa-bangsa lain di dunia. Perdamaian, dan kestabilan kehidupan berbangsa dan bernegara akan sangat terganggu karena timbulnya perang. Oleh sebab itu, mengapa jalur damai secara diplomasi sangat diperlukan unutk mewujudkan kehidupan yang aman dan sejahtera bagi seluruh bangsa di dunia. Dan dalam hal melaksanakan dan mewujudkan perdamaian dunia, peran bangsa Indonesia sudah sangatlah baik. Bangsa Indonesia selalu mencoba untuk menjadi pihak netral, yang tidak memihak pada siapapun. Akan tetapi Indonesia lebih memilih untuk menjadi mediator dalam beberapa konflik yang melibatkan beberapa negara. Dan juga dalam masalah dalam negeri pun, yang hubungannya dengan negara tetangga, Indonesia tetap memilih menempuh jalur diplomasi unutk mendapatkan hasil terbaik, dan dengan tanpa menimbulkan korban jiwa di antara kedua belah pihak.
0 comments:
Post a Comment