A.PERKEMBANGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah masyarakat hampir di seluruh dunia. Sejak tahun 1995, program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru yang direkomendasikan oleh WHO telah dilaksanakan dengan strategi DOTS (Direcly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy). Kemudian seiring dengan berkembangnya pembentukan GERDUNAS-TB, maka berubahlah program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru menjadi Program Penanggulangan Tuberkulosis (TB). Penanggulangan TB dengan strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang biayanya paling efektif (cost-effective). Namun, hingga saat ini Program Penaggulangan TB dengan strategi DOTS belum dapat menjangkau seluruh Puskesmas. Demikian juga Rumah Sakit Pemerintah, swasta, dan unit kesehatan masyarakat lainnya. Pada tahun 1995-1998, cakupan penderita TB dengan Strategi DOTS baru mencapai sekitar 10% dan error rate pemeriksaan laboratorium belum dihitung dengan baik, meskipun cure rate lebih besar dari 85%. Di Indonesia sendiri pada tahun 1995, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Sedangkan pada tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB dengan angka kematian sekitar 140.000. Dan secara kasar dapat diperkirakan dari 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita TB paru BTA positif. Penyakit TB sebagian besar menyerang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi lemah, dan dengan taraf pendidikan yang masih rendah. Diduga, pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi yang tidak lengkap di masa lalu, telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TB terhadap obat Anti-Tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistance (MDR).
B. KUMAN DAN CARA PENULARAN
Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Dan jika kuman TB menyerang jaringan paru (tidak termasuk pleura), maka akan terjadi tuberkulosis paru. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh sebab itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung. Tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap danlembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat tertidur selama beberapa tahun (dormant). Sumber penularan utama penyakit TB adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu bersin atau batuk, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi jikalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke tubuh manusia melalui saluran pernafasan, kuman tersebut akan menyebar dari paru ke seluruh bagian tubuh melaui sistem peredaran darah, dan saluran limfe. Daya penularan dari seorang penderita, tergantung dari banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif yang diperoleh dari pemeriksaan dahak, semakin tinggi pula derajat penularan dari penderita. Dan apabila hasil pemeriksaan negative (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udaradan lamanya menghirup udara tersebut. Resiko penularan tiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection / ARTI)di Indonesia dianggap cukup tinggi, dengan variasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti tiap tahun diantara 100 penduduk, 10 orang di antaranya akan terinfeksi. Sebagian orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, tetapi hanya 10% dari yang terinfeksiyang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan tersebut dapet diperkirakan bahwa pada suatu daerah dengan ARTI 1%, maka diantara 100.000 penduduk, rata-rata tejadi 100 penderita TB setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA positif. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah faktor imunitas atau daya tahan tubuh yang rendah, yang disebabkan karena gizi buruk ataupun AIDS. Pada umumnya daya tahan tubuh yang baik dapat menghambat bahkan manghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman yang akan menetap sebagai kuman presister atau dormant (tidur).
C. RIWAYAT TERJADINYA TUBERKULOSIS
Infeksi Primer Infeksi primer terjadi pada saat seseorang pertama kali terpapar kuman TB. Karena droplet yan terhirup ukurannya sangan kecil, maka droplet tersebut dengan sangat mudah masuk dan melewati mukosa bronkus, kemudian berjalan hingga ke alveolus dan menetap di sana. Infeksi baru akan terjadi jian kuman TB berkembangbiak di paru dengan cara membelah diri. Dan hal ini akan menyababkan peradangan di paru. Kemudian, saluran limfe akan membawa kuman TB menuju kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan fase ini dinamakan kompleks primer. Waktu yang diperlukan dari terjadinya infeksi hingga pembentukan kompleks primer sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat diketahui dengan adanya perubahan reaksi tuberculin dari negatif menjadi positif. Waktu yang diperlukan dari terjadinya infeksi hingga munculnya penyakit (masa inkubasi) diperkirakan sekitar 6 bulan. Tuberkulosis Pasca Primer Tuberkulosis Pasca Primer umumnya terjadi setelah beberapa bulan/tahun setelah terjadinya infeksi primer. Hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang menurun akibat gizi buruk atau penyakit AIDS. Ciri khas dari Tuberkulosis Pasca Primer ditandai dengan adanya kavitas atau efusi pleura.
D. GEJALA TUBERKULOSIS
Gejala Umum Batuk berdahak terus menerus selam 3 minggu atau lebih. Gajala Khusus
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah masyarakat hampir di seluruh dunia. Sejak tahun 1995, program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru yang direkomendasikan oleh WHO telah dilaksanakan dengan strategi DOTS (Direcly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy). Kemudian seiring dengan berkembangnya pembentukan GERDUNAS-TB, maka berubahlah program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru menjadi Program Penanggulangan Tuberkulosis (TB). Penanggulangan TB dengan strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang biayanya paling efektif (cost-effective). Namun, hingga saat ini Program Penaggulangan TB dengan strategi DOTS belum dapat menjangkau seluruh Puskesmas. Demikian juga Rumah Sakit Pemerintah, swasta, dan unit kesehatan masyarakat lainnya. Pada tahun 1995-1998, cakupan penderita TB dengan Strategi DOTS baru mencapai sekitar 10% dan error rate pemeriksaan laboratorium belum dihitung dengan baik, meskipun cure rate lebih besar dari 85%. Di Indonesia sendiri pada tahun 1995, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Sedangkan pada tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB dengan angka kematian sekitar 140.000. Dan secara kasar dapat diperkirakan dari 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita TB paru BTA positif. Penyakit TB sebagian besar menyerang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi lemah, dan dengan taraf pendidikan yang masih rendah. Diduga, pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi yang tidak lengkap di masa lalu, telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TB terhadap obat Anti-Tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistance (MDR).
B. KUMAN DAN CARA PENULARAN
Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Dan jika kuman TB menyerang jaringan paru (tidak termasuk pleura), maka akan terjadi tuberkulosis paru. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh sebab itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung. Tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap danlembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat tertidur selama beberapa tahun (dormant). Sumber penularan utama penyakit TB adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu bersin atau batuk, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi jikalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke tubuh manusia melalui saluran pernafasan, kuman tersebut akan menyebar dari paru ke seluruh bagian tubuh melaui sistem peredaran darah, dan saluran limfe. Daya penularan dari seorang penderita, tergantung dari banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat positif yang diperoleh dari pemeriksaan dahak, semakin tinggi pula derajat penularan dari penderita. Dan apabila hasil pemeriksaan negative (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udaradan lamanya menghirup udara tersebut. Resiko penularan tiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection / ARTI)di Indonesia dianggap cukup tinggi, dengan variasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti tiap tahun diantara 100 penduduk, 10 orang di antaranya akan terinfeksi. Sebagian orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, tetapi hanya 10% dari yang terinfeksiyang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan tersebut dapet diperkirakan bahwa pada suatu daerah dengan ARTI 1%, maka diantara 100.000 penduduk, rata-rata tejadi 100 penderita TB setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA positif. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah faktor imunitas atau daya tahan tubuh yang rendah, yang disebabkan karena gizi buruk ataupun AIDS. Pada umumnya daya tahan tubuh yang baik dapat menghambat bahkan manghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman yang akan menetap sebagai kuman presister atau dormant (tidur).
C. RIWAYAT TERJADINYA TUBERKULOSIS
Infeksi Primer Infeksi primer terjadi pada saat seseorang pertama kali terpapar kuman TB. Karena droplet yan terhirup ukurannya sangan kecil, maka droplet tersebut dengan sangat mudah masuk dan melewati mukosa bronkus, kemudian berjalan hingga ke alveolus dan menetap di sana. Infeksi baru akan terjadi jian kuman TB berkembangbiak di paru dengan cara membelah diri. Dan hal ini akan menyababkan peradangan di paru. Kemudian, saluran limfe akan membawa kuman TB menuju kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan fase ini dinamakan kompleks primer. Waktu yang diperlukan dari terjadinya infeksi hingga pembentukan kompleks primer sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat diketahui dengan adanya perubahan reaksi tuberculin dari negatif menjadi positif. Waktu yang diperlukan dari terjadinya infeksi hingga munculnya penyakit (masa inkubasi) diperkirakan sekitar 6 bulan. Tuberkulosis Pasca Primer Tuberkulosis Pasca Primer umumnya terjadi setelah beberapa bulan/tahun setelah terjadinya infeksi primer. Hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang menurun akibat gizi buruk atau penyakit AIDS. Ciri khas dari Tuberkulosis Pasca Primer ditandai dengan adanya kavitas atau efusi pleura.
D. GEJALA TUBERKULOSIS
Gejala Umum Batuk berdahak terus menerus selam 3 minggu atau lebih. Gajala Khusus
- Dahak bercampur darah.
- Batuk darah
- Sesak nafas dan nyeri dada
- Badan lemah, nafsu makan menurun (anoreksia), berat badan berkurang drasti, rasa kurang enak badan (malaise)
- Berkeringat pada waktu malam hari meskipun tanpa kegiatan
- Demam lebih dari 1 bulan.
E. DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa
Diagnosis TB pada orang dewasa dapat dilakukan dengan cara menemukan BTA positif sedikitnya dua dari tiga specimen dahak (sewaktu – pagi – sewaktu) secara mikroskopis. Bila hanya satu yang menunjukkan BTA positif, maka diagnosis perlu diperkuat dengan pemeriksaan foto roentgen, atau pemeriksaan dahak SPS perlu diulang.
Diagnosis Tuberkulosis Pada Anak
Diagnosis TB pada anak dapat melalui specimen dahak, bilasan lambung, biopsy, dll. Namun terkadang specimen ini sulit untuk didapatkan. Oleh sebab itu, sering kali diagnosis TB pada anak didasarkan atas diagnosis klinis, dan hasil foto roentgen dada. Seorang anak perlu dicurigai menderita Tuberkulosis, jika si anak mempunyai sejarah kontak langsung (serumah) dengan penderita TB BTA positif, terjadit reaksi kemerahan pada kulit setelah 3-7 hari setelah penyuntikan BCG, dan tentu saja terdapat gejala umum TB. Gejala umum TB pada anak meliputi, hilangnya nafsu makan; berat badan berkurang selama tiga bulan berturut-turut, meskipun telah diimbangi dengan asupan gizi yang baik; tinggi badan tidak mengalami penambahan; demam yang lama den berulang tanpa sebab yang jelas; pembesaran kelenjar limfe superficial (leher, ketiak, dan lipatan paha) yang tidak menimbulkan rasa sakit; batuk lebih dari 30 hari disertai nyeri dada; dan diare berulang yang tak kunjung sembuh meskipun telah diobati.
F. KLASIFIKASI PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru digolongkan menjadi dua kelompok:
a. Tuberkulosis Paru BTA Positif
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa
Diagnosis TB pada orang dewasa dapat dilakukan dengan cara menemukan BTA positif sedikitnya dua dari tiga specimen dahak (sewaktu – pagi – sewaktu) secara mikroskopis. Bila hanya satu yang menunjukkan BTA positif, maka diagnosis perlu diperkuat dengan pemeriksaan foto roentgen, atau pemeriksaan dahak SPS perlu diulang.
Diagnosis Tuberkulosis Pada Anak
Diagnosis TB pada anak dapat melalui specimen dahak, bilasan lambung, biopsy, dll. Namun terkadang specimen ini sulit untuk didapatkan. Oleh sebab itu, sering kali diagnosis TB pada anak didasarkan atas diagnosis klinis, dan hasil foto roentgen dada. Seorang anak perlu dicurigai menderita Tuberkulosis, jika si anak mempunyai sejarah kontak langsung (serumah) dengan penderita TB BTA positif, terjadit reaksi kemerahan pada kulit setelah 3-7 hari setelah penyuntikan BCG, dan tentu saja terdapat gejala umum TB. Gejala umum TB pada anak meliputi, hilangnya nafsu makan; berat badan berkurang selama tiga bulan berturut-turut, meskipun telah diimbangi dengan asupan gizi yang baik; tinggi badan tidak mengalami penambahan; demam yang lama den berulang tanpa sebab yang jelas; pembesaran kelenjar limfe superficial (leher, ketiak, dan lipatan paha) yang tidak menimbulkan rasa sakit; batuk lebih dari 30 hari disertai nyeri dada; dan diare berulang yang tak kunjung sembuh meskipun telah diobati.
F. KLASIFIKASI PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru digolongkan menjadi dua kelompok:
a. Tuberkulosis Paru BTA Positif
- Jika hasil yang ditunjukkan minimal 2 dari 3 spesimen dahak SPS, adalah BTA positif.
- Atau 1 spesimen dahak SPS yang hasilnya positif disertai foto roentgen dada yang menunjukkan gambaran tuberculosis aktif.
b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif
- Jika pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS menunjukkan hasil BTA negatif dengan hasil foto roentgen dada menunjunkkan gambaran tuberculosis aktif.
G. PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Adapun tujuan dari pengobatan tuberculosis adalah:
Adapun tujuan dari pengobatan tuberculosis adalah:
- Menyembuhkan penderita
- Mencegah kematian
- Mencegah kekambuhan
- Menurunkan tingkat penularan
Jenis Obat Anti Tuberkulosis
- Isoniasid (INH)
Bersifat bakterisid, dapat menbunuh kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan, sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan matabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang .
- Rifampisin
Bersifat bekterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant / persister (tidur) yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid.
- Pirasinamid
Bersifar bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
- Streptomisin
Bersifat bakterisid.
- Etambutol
Bersifat bakterisid.
Prinsip Pengobatan
Obat TB diberikan dengan beberapa kombinasi dari beberapa jenis obat dalam jumlah yang cukup dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan, agar semua kuman (termasuk kuman dormant) dapat dibunuh. Untuk memastikan setiap penderita rutin mengkonsumsi obat TB, maka diperlukan pengawasan secara langsung dari orang-orang di sekitar penderita (Pengawas Menelan Obat / PMO).
Tahap Pemberian Obat
Prinsip Pengobatan
Obat TB diberikan dengan beberapa kombinasi dari beberapa jenis obat dalam jumlah yang cukup dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan, agar semua kuman (termasuk kuman dormant) dapat dibunuh. Untuk memastikan setiap penderita rutin mengkonsumsi obat TB, maka diperlukan pengawasan secara langsung dari orang-orang di sekitar penderita (Pengawas Menelan Obat / PMO).
Tahap Pemberian Obat
- Tahap Intensif
Pada tahap intensif atau awal, diperlukan adanya pengawasan secara langsung terhadap penderita dalam mengkonsumsi obat TB, untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Bila pengobatan pada tahap intensif ini diberikan secara tepat, maka penderita yang awalnya menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu dua minggu. Sebagian besar penderita dengan BTA positif menjadi BTA negatif, pada akhir pengobatan intensif.
- Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan, penderita mendapatkan obat dalam jumlah yang lebih sedikit, namun dalam kurun waktu yang relatif lebih lama. Tahap lanjutan sangat penting untuk membunuh kuman dormant, sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Pengobatan dan Pencegahan TB Pada Anak
Pada prinsipnya, pengobatan TB pada anak tak jauh beda dengan pengobatan TB pada orang dewasa. Namun, ada beberapa hal yang memerlukan perhatian khusus, diantaranya adalah, pemberian obat baik dalam tahap intensif maupun tahap lanjutan, harus diberikan setiap hari; dan dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak. Semua anak yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB BTA positif, beresiko lebih besar untuk terinfeksi. Dan dari infeksi ini, dapat berlanjut menjadi penyakit tuberculosis. Adapun tindakan yang harus dilakukan terhadap anak-anak yang mempunyai kontak erat dengan penderita TB BTA positif, adalah, apabila anak menunjukkan gejala-gejala seperti TB, harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut; biola anak tidak menujukkan gejala0gejala TB, harus diberikan pengobatan pencegahan dengan Isoniasid (INH) dengan dosis 5 mg / kg berat badan / hari, selama 6 bulan. Dan untuk anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi BCG, pemberian BCG sangat penting setelah pengobatan pencegahan dengan INH selesai.
H. KESIMPULAN
Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Jika kuman TB menyerang jaringan paru (tidak termasuk pleura), maka akan terjadi tuberkulosis paru.. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu Tuberkulosis Paru BTA Positif, dan Tuberkulosis Paru BTA Negatif. Penyakit TB sebagian besar menyerang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi lemah, dan dengan taraf pendidikan yang masih rendah. Adapun gejala umum dari tuberculosis adalah batuk berdahak terus menerus selam 3 minggu atau lebih. Dan gejala khusus dari tuberculosis paru yaitu, batuk darah, dahak bercampur darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun (anoreksia), berat badan berkurang drasti, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat pada waktu malam hari meskipun tanpa kegiatan, dan demam lebih dari 1 bulan. Tujuan dari pengobatan tuberculosis adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Adapun obat yang digunakan dalam pengobatan tuberculosis, diantaranya adalah, Isoniasid (INH), Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, dan Etambutol. Penyakit tuberculosis dapat dicegah dengan pemberian imunisasi BCG sejak balita, meminimalisir kontak langsung dengan penderita TB, tutup mulut dan hidung ketika batuk, makan makanan yang bergizi seimbang, cukup olahraga, melakukan pola hidup sehat, dan segera periksakan diri sedini mungkin jika terjadi batuk lebih dari tiga bulan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penaggulangan Tuberkulosis. Jakarta. 2001
Share
Pengobatan dan Pencegahan TB Pada Anak
Pada prinsipnya, pengobatan TB pada anak tak jauh beda dengan pengobatan TB pada orang dewasa. Namun, ada beberapa hal yang memerlukan perhatian khusus, diantaranya adalah, pemberian obat baik dalam tahap intensif maupun tahap lanjutan, harus diberikan setiap hari; dan dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak. Semua anak yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB BTA positif, beresiko lebih besar untuk terinfeksi. Dan dari infeksi ini, dapat berlanjut menjadi penyakit tuberculosis. Adapun tindakan yang harus dilakukan terhadap anak-anak yang mempunyai kontak erat dengan penderita TB BTA positif, adalah, apabila anak menunjukkan gejala-gejala seperti TB, harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut; biola anak tidak menujukkan gejala0gejala TB, harus diberikan pengobatan pencegahan dengan Isoniasid (INH) dengan dosis 5 mg / kg berat badan / hari, selama 6 bulan. Dan untuk anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi BCG, pemberian BCG sangat penting setelah pengobatan pencegahan dengan INH selesai.
H. KESIMPULAN
Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Jika kuman TB menyerang jaringan paru (tidak termasuk pleura), maka akan terjadi tuberkulosis paru.. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu Tuberkulosis Paru BTA Positif, dan Tuberkulosis Paru BTA Negatif. Penyakit TB sebagian besar menyerang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi lemah, dan dengan taraf pendidikan yang masih rendah. Adapun gejala umum dari tuberculosis adalah batuk berdahak terus menerus selam 3 minggu atau lebih. Dan gejala khusus dari tuberculosis paru yaitu, batuk darah, dahak bercampur darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun (anoreksia), berat badan berkurang drasti, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat pada waktu malam hari meskipun tanpa kegiatan, dan demam lebih dari 1 bulan. Tujuan dari pengobatan tuberculosis adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Adapun obat yang digunakan dalam pengobatan tuberculosis, diantaranya adalah, Isoniasid (INH), Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, dan Etambutol. Penyakit tuberculosis dapat dicegah dengan pemberian imunisasi BCG sejak balita, meminimalisir kontak langsung dengan penderita TB, tutup mulut dan hidung ketika batuk, makan makanan yang bergizi seimbang, cukup olahraga, melakukan pola hidup sehat, dan segera periksakan diri sedini mungkin jika terjadi batuk lebih dari tiga bulan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penaggulangan Tuberkulosis. Jakarta. 2001
0 comments:
Post a Comment